Pengelolaan persediaan
barang atau produk menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan yang
bergerak di bidang distribusi. PT. Marga Nusantara Jaya (PT. MNJ), merupakan
perusahaan distributor tunggal untuk memasarkan produk-produk yang di produksi
oleh PT. Konimex. Produk dibagi kedalam 2 kategori besar yaitu obat-obatan dan
makanan, diantaranya Paramex, Konidin, Frozz, Hexos, dan lain-lain. Berdasarkan
pantauan laporan KPI (Key Performance Indicator) PT. MNJ tahun 2013, sampai
dengan bulan Desember, persentase Inventory level masih jauh melampaui target.
Target Inventory level yang ditetapkan pada tahun 2013 adalah sebesar 220%,
realisasi untuk seluruh cabang PT. MNJ tahun 2013 sampai dengan bulan Desember
sebesar 238%. Setiap cabang angkanya bervariasi dari yang paling rendah di
angka 189% hingga yang tertinggi mencapai 446%. Angka ini berarti, cabang
memiliki stok yang jauh lebih besar dibandingkan kemampuan jual setiap
bulannya, khususnya di cabang-cabang luar Jawa.
Berdasarkan laporan yang
sama, nilai defect Losses (barang rusak yang dimusnahkan) juga diatas target
yang telah ditetapkan. Target defect Losses tahun 2013 ditetapkan sebesar
0,18%, sedangkan realisasi defect Losses tahun 2013 sampai dengan bulan
Desember sebesar 0,26 %. perencanaan ketersediaan barang/produk di cabang masih
dilakukan secara manual menggunakan perkiraan berdasarkan intuisi atau
kebiasaan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya ketidakakuratan data antara
rencana penjualan dengan realisasinya. Akibatnya terjadi stok barang atau produk
yang kelebihan atau kekurangan, karena rencana yang dibuat di awal meleset dari
realisasi. Perusahaan memerlukan sebuah upaya atau metode untuk mengendalikan
persediaan yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut.
Penelitian ini berusaha
untuk mengendalikan persediaan secara optimal dengan metode Distribusi Resource
Planning (DRP) dan melakukan pengukuran nilai bullwhip effect dapat mengukur
tingkat stok yang optimal dengan meminimalkan biaya-biaya yang dikeluarkan.
Pengumpulan data dilakukan
dengan cara pengamatan dan telaah dokumen perusahaan. Data yang diperlukan
perusahaan seperti data lead time, data produk pareto, data penjualan dan
peramalan. Peneilitian ini akan dihitung produk Paramex dan Konicare 125 ml di
cabang Jakarta dan Solo sebagai sampel.
Hasil perhitungan data penjualan tahun 2013 dibandingkan dengan data perencanaan masing-masing produk yang menjadi sampel sangat tidak stabil dikarenakan perencanaan penjualan masih dilakukan secara kumulatif gabungan semua cabang dalam periode tertentu, kemudian hasil kumulatif tersebut di breakdown secara proporsional ke masing-masing cabang. Berdasarkan masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan metode peramalan. Perhitungan peramalan jangka pendek (3 bulan kedepan) menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan data penjualan yang sudah terjadi. Dari data history penjualan pada tahun 2013 untuk produk Paramex dan Konicare 125, dapat dipilih metode peramalan yang menggunakan trend atau musiman.
Hasil perhitungan data penjualan tahun 2013 dibandingkan dengan data perencanaan masing-masing produk yang menjadi sampel sangat tidak stabil dikarenakan perencanaan penjualan masih dilakukan secara kumulatif gabungan semua cabang dalam periode tertentu, kemudian hasil kumulatif tersebut di breakdown secara proporsional ke masing-masing cabang. Berdasarkan masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan metode peramalan. Perhitungan peramalan jangka pendek (3 bulan kedepan) menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan data penjualan yang sudah terjadi. Dari data history penjualan pada tahun 2013 untuk produk Paramex dan Konicare 125, dapat dipilih metode peramalan yang menggunakan trend atau musiman.
Besarnya nilai safety stock bergantung pada ketidakpastian pasokan
maupun permintaan. Dalam studi kasus ini, ketidakpastian hanya dalam hal
permintaan, sedangkan untuk banyaknya pasokan diasumsikan perusahaan prinsipal
dapat memenuhi berapapun jumlah permintaan distributor. Kebijakan service level
yang telah ditetapkan perusahaan adalah sebesar 95%, dalam tabel statistik
nilai tersebut sebesar 1,645. Pengajuan permintaan dilakukan seminggu sekali,
jadi angka pada tabel 2 harus dibagi 4. Komposisi setiap minggunya bisa
disesuaikan dengan rencana program promosi di cabang bersangkutan.
Hasil perhitungan inventory
level tahun 2013 untuk masing-masing produk sampel di kedua cabang yang menjadi
contoh penelitian juga menunjukan hal yang kurang-lebih sama dengan hasil
perhitungan perencanaan penjualan.
Pada tahap ini dilakukan
perhitungan manual untuk menentukan persentase scrap factor berdasarkan data
Retur dan data penjualan produk Paramex dan Konicare 125 ml selama 12 bulan
yang lalu.
Setelah diketahui metode
peramalan dan rencana induk penjualan, kemudian dilakukan perhitungan lot size.
Lot sizing merupakan teknik yang dipakai dalam DRP guna memperoleh ukuran lot
pemesanan. Ukuran lot diperoleh dengan beberapa model dan penggunaan dari
masing – masing yang dihadapi. Rencana order ini dibuat seminggu sekali, jadi
nilai peramalan perbulan akan dibagi menjadi 4 periode, sedangkan untuk biaya
perhitungan sebelumnya dalam satuan tahun, jadi akan dibagi kedalam 52 minggu.
Ukuran Bullwhip effect di suatu eselon
supply chain sebagai perbandingan antara koefisien variansi dari order yang
diciptakan dan koefisien variansi dari permintaan yang diterima oleh eselon
yang bersangkutan. PT. MNJ dalam hal ini tidak memiliki kendala dalam hal
jumlah produksi, sehingga cabang yang membutuhkan akan selalu dipenuhi
permintaannya oleh principal. Untuk itu Bullwhip effect akan menghitung jumlah
sediaaan/stok yang ada di cabang dibandingkan dengan kemampuan jual cabang
tersebut dalam periode tertentu. Nilai bullwhip
effect setelah menggunakan metode ini untuk periode penelitian Januari –
Maret 2014 turun cukup signifikan, ditandai dengan turunnya nilai koefisien
variansi masing-masing produk dalam periode tersebut. Nilai bulwhip effect
cabang Jakarta awalnya sebesar 1.48 menjadi 1.26 turun sebesar 0.22. Nilai
bullwhip effect cabang Solo awalnya sebesar 1.98 menjadi 1.31, turun sebesar
0.67. Nilai bullwhip effect untuk produk Paramex di kedua cabang menunjukan
penurunan setelah memanfaatkan metode peramalan. Penurunan ini akan
mengakibatkan jumlah stok yang dibutuhkan untuk penjualan sesuai periodenya
akan lebih baik, tidak berlebih atau kekurangan.
Berdasarkan perhitungan
masing-masing komponen di atas, maka dapat dihitung nilai DRP sesuai produk dan
cabang yang dijadikan sample sebagai berikut :
· Gross requirements (GR) adalah kebutuhan
kotor yang didapat dari hasil peramalan.
· Scheduled reciepts (SR) adalah rencana
kedatangan barang dari pesanan periode sebelumnya.
·
Project On Hand (POH) adalah Project On Hand
(POH) periode sebelumnya + Schedule Reciept (SR) + Planned Order Reciept (POR)
– Gross Requirement (GR).
· Net requiretment adalah (gross requiretment (GR) + safety stock) – (Schedule Receipt (SR) + projected On Hand (POH) periode sebelumnya).
Sumber : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/view/9508
· Net requiretment adalah (gross requiretment (GR) + safety stock) – (Schedule Receipt (SR) + projected On Hand (POH) periode sebelumnya).
Sumber : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/view/9508
Tidak ada komentar:
Posting Komentar