Minggu, 08 Oktober 2017

ANALISIS BULLWHIP EFFECT TERHADAP PENERAPAN DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING DI PT. MNJ (Rangkuman Jurnal)

Pengelolaan persediaan barang atau produk menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di bidang distribusi. PT. Marga Nusantara Jaya (PT. MNJ), merupakan perusahaan distributor tunggal untuk memasarkan produk-produk yang di produksi oleh PT. Konimex. Produk dibagi kedalam 2 kategori besar yaitu obat-obatan dan makanan, diantaranya Paramex, Konidin, Frozz, Hexos, dan lain-lain. Berdasarkan pantauan laporan KPI (Key Performance Indicator) PT. MNJ tahun 2013, sampai dengan bulan Desember, persentase Inventory level masih jauh melampaui target. Target Inventory level yang ditetapkan pada tahun 2013 adalah sebesar 220%, realisasi untuk seluruh cabang PT. MNJ tahun 2013 sampai dengan bulan Desember sebesar 238%. Setiap cabang angkanya bervariasi dari yang paling rendah di angka 189% hingga yang tertinggi mencapai 446%. Angka ini berarti, cabang memiliki stok yang jauh lebih besar dibandingkan kemampuan jual setiap bulannya, khususnya di cabang-cabang luar Jawa.
Berdasarkan laporan yang sama, nilai defect Losses (barang rusak yang dimusnahkan) juga diatas target yang telah ditetapkan. Target defect Losses tahun 2013 ditetapkan sebesar 0,18%, sedangkan realisasi defect Losses tahun 2013 sampai dengan bulan Desember sebesar 0,26 %. perencanaan ketersediaan barang/produk di cabang masih dilakukan secara manual menggunakan perkiraan berdasarkan intuisi atau kebiasaan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya ketidakakuratan data antara rencana penjualan dengan realisasinya. Akibatnya terjadi stok barang atau produk yang kelebihan atau kekurangan, karena rencana yang dibuat di awal meleset dari realisasi. Perusahaan memerlukan sebuah upaya atau metode untuk mengendalikan persediaan yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut.
Penelitian ini berusaha untuk mengendalikan persediaan secara optimal dengan metode Distribusi Resource Planning (DRP) dan melakukan pengukuran nilai bullwhip effect dapat mengukur tingkat stok yang optimal dengan meminimalkan biaya-biaya yang dikeluarkan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan dan telaah dokumen perusahaan. Data yang diperlukan perusahaan seperti data lead time, data produk pareto, data penjualan dan peramalan. Peneilitian ini akan dihitung produk Paramex dan Konicare 125 ml di cabang Jakarta dan Solo sebagai sampel.
Hasil perhitungan data penjualan tahun 2013 dibandingkan dengan data perencanaan masing-masing produk yang menjadi sampel sangat tidak stabil dikarenakan perencanaan penjualan masih dilakukan secara kumulatif gabungan semua cabang dalam periode tertentu, kemudian hasil kumulatif tersebut di breakdown secara proporsional ke masing-masing cabang. Berdasarkan masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan metode peramalan. Perhitungan peramalan jangka pendek (3 bulan kedepan) menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan data penjualan yang sudah terjadi. Dari data history penjualan pada tahun 2013 untuk produk Paramex dan Konicare 125, dapat dipilih metode peramalan yang menggunakan trend atau musiman.
Besarnya nilai safety stock bergantung pada ketidakpastian pasokan maupun permintaan. Dalam studi kasus ini, ketidakpastian hanya dalam hal permintaan, sedangkan untuk banyaknya pasokan diasumsikan perusahaan prinsipal dapat memenuhi berapapun jumlah permintaan distributor. Kebijakan service level yang telah ditetapkan perusahaan adalah sebesar 95%, dalam tabel statistik nilai tersebut sebesar 1,645. Pengajuan permintaan dilakukan seminggu sekali, jadi angka pada tabel 2 harus dibagi 4. Komposisi setiap minggunya bisa disesuaikan dengan rencana program promosi di cabang bersangkutan.
Hasil perhitungan inventory level tahun 2013 untuk masing-masing produk sampel di kedua cabang yang menjadi contoh penelitian juga menunjukan hal yang kurang-lebih sama dengan hasil perhitungan perencanaan penjualan.
Pada tahap ini dilakukan perhitungan manual untuk menentukan persentase scrap factor berdasarkan data Retur dan data penjualan produk Paramex dan Konicare 125 ml selama 12 bulan yang lalu.
Setelah diketahui metode peramalan dan rencana induk penjualan, kemudian dilakukan perhitungan lot size. Lot sizing merupakan teknik yang dipakai dalam DRP guna memperoleh ukuran lot pemesanan. Ukuran lot diperoleh dengan beberapa model dan penggunaan dari masing – masing yang dihadapi. Rencana order ini dibuat seminggu sekali, jadi nilai peramalan perbulan akan dibagi menjadi 4 periode, sedangkan untuk biaya perhitungan sebelumnya dalam satuan tahun, jadi akan dibagi kedalam 52 minggu.
Ukuran Bullwhip effect di suatu eselon supply chain sebagai perbandingan antara koefisien variansi dari order yang diciptakan dan koefisien variansi dari permintaan yang diterima oleh eselon yang bersangkutan. PT. MNJ dalam hal ini tidak memiliki kendala dalam hal jumlah produksi, sehingga cabang yang membutuhkan akan selalu dipenuhi permintaannya oleh principal. Untuk itu Bullwhip effect akan menghitung jumlah sediaaan/stok yang ada di cabang dibandingkan dengan kemampuan jual cabang tersebut dalam periode tertentu. Nilai bullwhip effect setelah menggunakan metode ini untuk periode penelitian Januari – Maret 2014 turun cukup signifikan, ditandai dengan turunnya nilai koefisien variansi masing-masing produk dalam periode tersebut. Nilai bulwhip effect cabang Jakarta awalnya sebesar 1.48 menjadi 1.26 turun sebesar 0.22. Nilai bullwhip effect cabang Solo awalnya sebesar 1.98 menjadi 1.31, turun sebesar 0.67. Nilai bullwhip effect untuk produk Paramex di kedua cabang menunjukan penurunan setelah memanfaatkan metode peramalan. Penurunan ini akan mengakibatkan jumlah stok yang dibutuhkan untuk penjualan sesuai periodenya akan lebih baik, tidak berlebih atau kekurangan.
Berdasarkan perhitungan masing-masing komponen di atas, maka dapat dihitung nilai DRP sesuai produk dan cabang yang dijadikan sample sebagai berikut :
·           Gross requirements (GR) adalah kebutuhan kotor yang didapat dari hasil peramalan.
·   Scheduled reciepts (SR) adalah rencana kedatangan barang dari pesanan periode sebelumnya.
·         Project On Hand (POH) adalah Project On Hand (POH) periode sebelumnya + Schedule Reciept (SR) + Planned Order Reciept (POR) – Gross Requirement (GR).
·         Net requiretment adalah (gross requiretment (GR) + safety stock) – (Schedule Receipt (SR) + projected On Hand (POH) periode sebelumnya). 


Sumber : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/view/9508

Tidak ada komentar:

Posting Komentar