Senin, 07 November 2016

Resep Cara Membuat Rendang Ayam


Rendang adalah merupakan salah satu makanan khas asal indonesia yang terkenal sebagai salah satu makanan yang paling enak di dunia. Masakan rendang ini ada berbagai macam jenis, diantaranya rendang daging, ayam, telur dsb. Dan kali ini saya akan mengulas mengenai Resep Cara Membuat Rendang Ayam.

http://www.masakankoki.com/wp-content/uploads/2015/06/Resep-Cara-Membuat-Rendang-Ayam-Enak-Praktis.jpg


Bahan Membuat Rendang Ayam Praktis :

1 kg ayam yang sudah bersih
500 ml santan kelapa
2 lembar daun jeruk
2 cm jahe ( memarkan
1 batang serai ( memarkan )
2 lembar daun salam
2 cm lengkuas ( memarkan )
1 sdt gula merah (yang sudah disisir tipis)
garam secukupnya
minyak untuk menumis secukupnya
penyedap rasa secukupnya

Bahan Bumbu halus :

2 buah cabe merah besar
1 cm kunyit
3 butir kemiri sangrai
6 butir bawang merah
3 siung bawang putih

Cara Membuat Rendang Ayam Enak :

Ø  Langkah pertama, potong-potong ayam hingga menjadi 5-8 bagian atau sesuai selera
Ø  Langkah kedua, Tumis bahan bumbu yang dihaluskan dengan minyak goreng secukupnya sampai harum. Kemudian masukkan batang serai beserta daun jeruk, lengkuas, daun salam, dan jahe, Setelah itu aduk hingga layu.
Ø  Selanjutnya, Tuang santan kedalam bumbu yang ditumis tadi, lalu diamkan hingga mendidih sambil diaduk-aduk. Kemudian masukkan potongan ayam kedalam bumbu, setelah itu diamkan hingga bumbu meresap dan kuah terlihat menyusut.
Ø  Terakhir, Tambahkan 1 sdt gula merah beserta garam dan penyedap rasa secukupnya , lalu aduk hingga tercampur rata dan matang. Setelah itu angkat dan rendang ayam buatan anda siap untik disajikan.

Minggu, 06 November 2016

Mencintai Klub Sepakbola Jakarta (Persija Jakarta)



Cinta adalah ketika kamu punya sejuta alasan untuk meninggalkan, tapi tetap saja kamu mencari satu alasan untuk bertahan. Cinta adalah ketidakmungkinan yang masih saja kamu semogakan.

Persija adalah Cinta

Rindunya karena rindu tribun. Galaunya karena galau tim kebanggaan. Sakit hatinya bukan karena pasangan. Mungkin ini warna yang bisa saya rasakan, warna yang tidak semua orang bisa alami.Kata orang sepakbola itu romantis. Cinta sepakbola itu sederhana, kamu enggak perlu memecahkan celengan untuk ngedate, tidak perlu pusing nyari tempat kece dan berdandan heboh. Kamu hanya perlu atributmu, melangkahkan kaki ke tempat romantis bernama stadion, mengantri beli tiket dan berdiri bernyayi bersama diatas tribun. Keringatmu, teriakanmu, kehadiranmu menunjukan cinta itu. Selayaknya menjalin hubungan pada umumnya, restu orangtua itu nomor satu. Kalau enggak direstui ya backstreet. Pergi ke stadion secara diam-diam dan menyimpan atribut secara rapat-rapat.

Menjalin hubungan layaknya orang pacaran, jangan harap kamu diapelin. Tugas kamu berikutnya adalah mengunjungi sang kebanggaan saat dia bertanding atau sekedar latihan. Jenuh? Lelah? Mungkin itu sering dirasakan, apalagi ketika sang kekasih seolah mulai tak menghargaimu dengan penampilannya dilapangan hijau. Namun kembali lagi, cinta memang tak akan beranjak dan cinta tau kemana dia harus pulang. Semakin besar rasa untuk pergi, semakin besar juga rasa untuk terus bertahan.

Sejak tahun 2001, 15 tahun bukan lah waktu yang sebentar hanya untuk sekedar melihat kebanggaan saya angkat piala (lagi). Tahun demi tahun, liga demi liga, kompetisi demi kompetisi, dan yang terakhir turnamen demi turnamen, belum ada satupun piala yang masuk ke dalam lemari piala Persija Jakarta. Entah kunci lemari masih bisa dibuka atau tidak ketika nanti suatu hari Persija jadi juara? Kami bisa menunggu, tapi karat tak bisa sesabar itu.

Berjuta alasan untuk meninggalkan terpampang jelas di depan mata. Tapi sekali lagi, Persija adalah cinta. Karena cinta kami kesampingkan semuanya. Pemain idola yang pergi, stadion yang belum terealisasi, bahkan ketika legenda hidup kami di khianati. Mungkin benar jika cinta itu memang buta, kami membanggakan yang faktanya (maaf) terkadang memalukan, kami membela yang tidak pernah memberi apa-apa, dan mencintai sesuatu yang kapanpun siap menyakiti. Karena cinta kami menjadi gila, karena cinta kami masih percaya, bahwa semua akan indah pada waktunya. Waktunya kapan? Ya.. Kapan-kapan.

Persija adalah ketidakmungkinan yang masih saja saya semogakan. Dengan keadaan yang masih begitu-begitu aja setiap harinya, saya masih percaya bahwa Persija itu macan. Di tangan orang licik, macan cuma jadi tontonan sirkus yang di eksploitasi demi kepentingan materi. Di tangan orang yang mencintainya, macan akan di ajarkan cara memangsa, dia akan di ajarkan bahwa takdir macan adalah untuk di takuti, bukan di permainkan oleh sekumpulan orang yang memberinya makan. Silahkan menafsirkan sendiri arti perumpamaan tadi..

Jelang turnamen baru (lagi), hanya ada beberapa nama yang familiar di dalam skuad team. Selebihnya, entah siapa dan darimana asalnya. Selama lambang monas tepat berada di depan dada, siapapun anda, setiap langkah kaki anda akan berselimut oleh ribuan doa. Bertandinglah dengan rasa bangga, dengan cinta, dan dengan tekad menjadi juara. Percayalah, kapanpun dan dimanapun, kami akan selalu ada. Meski bukan dengan raga, kami akan selalu ada lewat doa. Percayalah, jangan pernah takut kamu sendirian. Sebab, berapa kalipun kamu mengecewakan, selalu ada cinta yang akan memaafkan. Percayalah, berapa kalipun kamu menyakiti, cinta ini akan selalu ada sampai nanti kami mati. Karena pada dasarnya Sepakbola adalah romantisme cinta paling nyata. Dia memaksa kita untuk meneteskan airmata dan tersenyum pada saat bersamaan.

Kesenian Ondel-Ondel Betawi


Siapa yang tak kenal ondel-ondel yang muncul ketika perayaan hari jadi Jakarta. Sosoknya yang unik membuat acara Hari Ulang Tahun Jakarta semakin meriah. Ondel-ondel pun bisa di bilang sebagai maskotnya kota Jakarta, meskipun perkembangan jaman yang sudah modern sosok ini tidak akan pernah lekang oleh waktu, setiap warga Jakarta selalu menunggu kehadirannya.

Ondel-ondel adalah pertunjukan rakyat yang sudah berabad-abad terdapat di Jakarta dan sekitarnya, yang dewasa ini menjadi wilayah Betawi. Ondel-ondel tergolong salah satu bentuk teater tanpa tutur, karena pada mulanya dijadikan personifikasi leluhur atau nenek moyang, pelindung keselamatan kampung dan seisinya. Dengan demikian dapat dianggap sebagai pembawa lakon atau cerita, sebagaimana halnya dengan “bekakak” dalam upacara “potong bekakak” digunung gamping disebelah selatan kota Yogyakarta, yang diselenggarakan pada bulan sapar setiap tahun.

Ondel-ondel berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman bambu dengan ukuran kurang lebih 2,5M, tingginya dan garis tengahnya kurang dari 80 cm. Dibuat demikian rupa agar pemikulnya yang berada didalamnya dapat bergerak agak leluasa. Rambutnya dibuat dari ijuk,”duk” kata orang Betawi. Mukanya berbentuk topeng atau kedok, dengan mata bundar (bulat) melotot.
Ondel-ondel yang menggambarkan laki-laki mukanya bercat merah, yang menggambarkan perempuan bermuka putih atau kuning. Ondel-ondel biasanya digunakan untuk memeriahkan arak-arakan, seperti mengarak pengantin sunat dan sebagainya. Lazimnya dibawa sepasang saja, laki dan perempuan. Tetapi dewasa ini tergantung dari permintaan yang empunya hajat. Bahkan dalam perayaan-perayaan umum seperti ulang tahun hari jadi kota Jakarta, biasa pula dibawa beberapa pasang, sehingga merupakan arak-arakan tersendiri yang cukup meriah. Musik pengiring ondel-ondel tidak tertentu, tergantung masing-masing rombongan. Ada yang diiringi Tanjidor, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Gejen, kampung Setu. Ada yang diiringi gendang pencak Betawi seperti rombongan “Beringin Sakti” pimpinan Duloh (alm), sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diiringi Bende, “Kemes”, Ningnong dan Rebana Ketimpring, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Lamoh, kalideres.

Tak hanya kota Jakarta saja yang mempunyai sejarah, namun ondel-ondel ini pun memiliki riwayat sejarahnya. Konon boneka raksasa itu dahulunya sering diarak keliling kampung oleh warga Betawi. Ternyata awalnya ondel-ondel disebut Barongan, namun tak ada yang tahu pasti arti kata tersebut. Mungkin berasal dari kata Barengan yang berarti bareng-bareng atau sama-sama. Sebutan itu sebenarnya dari kalimat ajakan dalam logat Betawi “nyok, kite ngarak bareng-bareng, ”. Sejak kapan kemunculannya ondel-ondel ?  Namun yang jelas boneka raksasa ini sudah ada sejak atau bahkan jauh sebelum Vereenigde Oostindische Compagnie  masuk ke Nusantara.

W. Scot, seorang pedagang asal Inggris mencatat dalam bukunya, jenis boneka seperti ondel-ondel sudah ada pada tahun 1605.  Namun, karena perbedaan kultur dan budaya, Scot melihat tradisi Betawi terlihat asing dimatanya, sehingga bentuk penyampaian lisan maupun tulisan hanya berupa gambaran-gambaran secara kasat mata saja dan mengambil istilah-istilah yang relevan dengan bahasa bangsanya. Seorang asal Amerika bernama E.R. Schidmore yang datang di Batavia pada penghujung abad ke 19, melaporkan dalam bukunya, "Java, The Garden of The East", tentang adanya pertunjukan seni di Betawi berupa tarian-tarian di jalanan, karena perbedaan latar budaya dan tradisi alhasil Schidmore tidak menyebut secara jelas apa jenis tarian yang bermain di jalanan itu. Namun dapat diperkirakan bahwa kesenian itu adalah ondel-ondel, mengingat tarian itu bermain di jalanan.

Pembuatan ondel-ondel dengan menerapkan ritual seperti itu masih berlangsung hingga 1980-an. Namun setelah masa itu, proses ritual tersebut mulai ditinggalkan sejalan dengan bergesernya fungsi ondel-ondel. Seiring perkembangan zaman, ondel-ondel digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat, hajatan perkawinan atau khitanan, serta untuk penyambutan tamu kehormatan, semisal pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun. Ketika masa kepemimipinan gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin (1966-1977), ondel-ondel dijadikan sebagai boneka seni khas Betawi. Ondel-ondel juga menjadi seni pertunjukan rakyat yang menghibur.  Ketika melakukan pertunjukan, dengan menggoyang-goyangkan badan dan kepala yang menoleh ke kiri dan ke kanan, ondel-ondel sering kali diiringi musik khas Betawi saeperti tanjidor, pencak Betawi, bende, ningnong, rebana, dan ketimpring. Ketika wajah kota Jakarta berubah menjadi lebih modern sekitar 1960-an hingga kini, wajah boneka raksasa itu tampilannya tidak lagi seram dan berbau mistis. Wajah dan gambaran dari ondel-ondel masa kini tampak lebih manis dan bersahabat. Hal itu sejalan dengan fungsi ondel-ondel yang berubah menjadi boneka penghibur bagi semua kalangan, termasuk anak-anak.

Sumber :
http://metro.sindonews.com/read/967261/31/asal-usul-boneka-raksasa-dari-betawi-1424515684